Rabu, 15 Mei 2013

Penderita Paru Makin Meningkat

Dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan perkembangan penyakit paru obstruktif kronik (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD) yang ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah dr Pirngadi Medan (RSUPM).

Jika tahun-tahun sebelumnya pasien Poli Paru didominasi penderita tuberkolosis atau asma, kini dari sekitar 120 pasien yang memeriksakan diri di Poli Paru setiap harinya, sekitar 50 persen menderita COPD.

Dokter spesialis paru RSUPM Prof Tamsil Syafiuddin menerangkan COPD adalah penyakit sistem pernapasan yang saat ini mendapat perhatian lebih serius dalam bidang kesehatan.

Penyakit ini terjadi disebabkan penyempitan saluran pernafasan yang kronis atau saluran pernapasan bekerja terlampau aktif hingga bisa menyebabkan kematian. Rokok merupakan penyebab utama COPD.

"Sekarang ini, penyakit COPD lebih sering menyerang pria dibandingkan wanita. Jika dipersentasekan, sekitar 80 persen penderita COPD adalah pria," katanya, di Poli Paru RSUPM, Selasa (14/5).

Menurutnya, bukan hanya di RSUPM, perkembangan penyakit COPD ini semakin hari semakin banyak di seluruh dunia. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan tahun 2007, sebanyak 210 juta orang didiagnosis terkena COPD dan 3 juta diantaranya menyebabkan kematian.

"Diprediksi pada tahun 2030, penyakit ini akan menjadi penyakit ketiga terbesar penyebab kematian setelah kanker dan jantung," ujarnya.

Penyakit COPD ini, jelasnya, tidak bisa disembuhkan karena menyebabkan kerusakan pada elektrik fiber paru sehingga fungsi paru-paru rusak. Karena kerusakan ini, kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.

Sehingga, seseorang yang terdeteksi mengidap COPD kesulitan bernapas saat melakukan aktivitas atau beristirahat. Selain itu, penderita juga akan mengalami batuk berdahak berkepanjangan, bunyi seperti berdehik saat menghembus nafas dan kaki bengkak.

"Agar tidak terpapar penyakit ini, sebaiknya jaga lingkungan udara agar bersih, berhenti merokok, dan menerapkan gaya hidup sehat," saranya.

Sebelumnya, Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abdillah Ahsan mengatakan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 58.588.607 jiwa. Dari jumlah tersebut, kelompok umur 15 hingga 19 tahun yang merokok aktif dan kadang-kadang mencapai 3.875.597 jiwa. Sedangkan, kelompok umur 20 hingga 24 tahun mencapai 5.772.359 jiwa.

"Jumlah masyarakat yang merokok kini semakin banyak, kita juga tidak susah mencari anak tingkat SMP yang merokok. Mereka yang merokok tadi seharusnya memasuki usia produktif untuk bekerja saat 10 hingga 20 tahun mendatang. Namun dapat dipastikan lantaran rokok ini, bukannya produktif, mereka akan panen penyakit," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar