Senin, 11 April 2011

Warga Gayo Enggan Menggunakan Bahasa Daerah

TAKENGON - Dari 11 bahasa daerah yang ada di Provinsi Aceh, bahasa Gayo adalah satu bahasa yang jumlah pengguna (penutur) sangat sedikit. Bahkan masyarakat Gayo sendiri enggan menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi sehari-hari.

hal itu dikatakan Pakar Ekoligusitik, Yusradi Usman, yang juga Dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Aceh Tengah, kepada Serambi Senin (11/4) kemarin. Katanya, Bahasa Gayo termasuk bahasa minor yang jumlah penuturnya kurang dari 500 ribu orang. Dikatakan Yusradi, 11 bahasa daerah yang digunakan di Provinsi Aceh yakni bahasa Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, Kluet, Singkil, Haloban, Simeulue, Devayan dan Bahasa Sigulai, dari bahasa-bahasa itu, penutur Bahasa Aceh lebih banyak penuturnya dari 10 bahasa lain. 

Dari penelitian yang dilakukannya, tahun 2009 lalu, kata Yusradi, jumlah pengguna Bahasa Aceh lebih dari satu juta penutur, sama halnya dengan suku bangsa lain di Aceh, generasi penerus etnik Gayo sudah enggan mengajarkan Bahasa Gayo kepada generasi yang lebih muda dengan berbagai alasan diantaranya karena gengsi, sulit berkomunikasi dengan suku bangsa lain, bahasa Gayo dianggap memiliki nilai yang lebih rendah dari bahasa-bahasa lainnya dan perkawinan dengan antar suku. 

“Bahasa yang digunakan lebih dari satu juta penutur saja tidak akan bertahan, apalagi bahasa yang digunakan di bawah 500 ribu penutur seperti Bahasa Gayo,” ujarnya.

Dengan banyakanya bahasa di Aceh, makan terciptanya keragaman linguistik (linguistics diversity) akan senantiasa tercipta pula dalam ekologi bahasa Provinsi Aceh. Meskipun penyelamatan bahasa-bahasa daerah di Aceh diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, namun dalam pelaksanaannya, amanat konstitusi ini kurang berjalan dengan baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar