Selasa, 13 Agustus 2013

Hutan Sibatuloting Simalungun Diselimuti Asap



SIMALUNGUN–Gumpalan asap menyelimuti hutan register II Sibatuloting, Kecamatan Pematang Sidamanik terlihat dari Jalan Besar Siantar Parapat, Selasa (6/8). Belum diketahui penyebab pasti adanya gumpalan asap yang diduga membakar hutan register II Sibatuloting itu.

Rombongan Bupati Simalungun DR JR Saragih SH MM didampingi Sekretaris Daerah Drs Gidion Purba MSi, Kadis Perhubungan Komunikasi dan Informatika Mixnon A Simamora beserta beberapa Kepala Dinas seketika berhenti saat melintas dari Dolok Pardamean menuju Parapat untuk melihat gumpalan asap dari kebakaran kawasan hutan Sibatuloting.

Bupati Simalungun DR JR Saragih SH MM Kepada para wartawan yang turun mobil dinasnya mengatakan, untuk mengantisipasi kebakaran yang lebih luas lagi, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Kehutanan.

Sementara salah seorang warga, marga Saragih yang ladangnya dekat dengan lokasi kawasan hutan mengatakan, dirinya tidak mengetahui dari mana asal api. “Saya sudah melihat ada gumpalan asap di sekitar daerah ini sejak seminggu terakhir,” ujarnya singkat. Intensitas asap Gunung Sinabung Desa Kutagugung Kecamatan Namanteran meningkat sejak 2 minggu terakhir. Namun demikian status Gunung Sinabung masih pada tahap level I- waspada, tetapi khusus bagi Desa-desa yang memiliki radius 2 kilometer dari Sinabung warganya dihimbau untuk mengggunakan masker guna terhindar dari dampak buruk yang bias mengganggu kesehatan.


Gunung Sinabung, Karo
Pernyataan ini diungkapkan Staf Posko Pemantauan Gunung Api Sinabung dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG),Muhammad Nabawi di kantornya Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat, Senin ( 5/8). Menurutnya, naiknya asap di Gunung Sinabung karena adanya tenaga yang sedang bekerja, walau begitu hal ini belum menampakkan aktivitas yang lebih buruk.

“ Sesuai pantauan Seismik dan visual tingkat keasapan memang naik, bahkan sejak awal bulan puasa kemarin. Hal ini yang terlihat turun ke Desa sekitar Gunung,” ujar pria yang akrab disapa Ahmad itu.

Ungkapan Ahmad pun diamini salah seorang warga Desa Simacem Kecamatan Namanteran bermarga Ginting Munte. Ia mengatakan telah mencium bau belerang yang cukup menyengat, biar merasa was was Muthe tetap menjalankan aktivitas sehari harinya tanpa mau banyak terganggu oleh keadaan Sinabung.

Berbeda dengan Ginting, Kepala Desa Bakerah Kecamatan Naman Teran, Tani Sitepu melalui selularnya belum ada merasakan bau belerang, dari amatannya Desa Bakerah sendiri luput dari asap dan bau belerang Gunung Sinabung itu . Ia tidak menampik jika di Desa tetangga, Simacem sebahagian rumput dan areal pertanian warga telah layu dan hangus akibat terkena asap dari Sinabung.

Tidak meratanya dampak asap Sinabung ini papar Ahmad lebih lanjut dipengaruhi oleh tekanan angin, hingga untuk sementara mengenai Desa Simacem, Sukanalu dan sebagian Sigarang-garang. Untuk lebih memastikan keadaan, Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Bandung beberapa hari lalu telah tiba guna melakukan investigasi terkait kandungan asap yang kini keluar. Tapi sampai kini belum ada laporan hasil kerja, karena memang hal itu membutuhkan proses.

Menyangkut adanya keresahan di tengah tengah masyarakat, Ahmad meminta agar hal ini disikapi dengan bijak. Karena bila aktivitas Gunung Sinabung meningkat terus, tentu pihaknya akan memberikan himbauan. Warga diharapkan tetap tenang dan jangan terpancing oleh beragam informasi yang berasal bukan dari mereka.

“Setiap perkembangan yang ada kita sampaikan ke Pemkab Karo, kita berharap agar disampaikan tanpa akhirnya malah membuat keresahan. Contohnya kini, ada informasi yang menyebut Sinabung Siaga I, padahal kita tidak mengenal adanya istilah Siaga I. Status gunung itu masing – masing berada di level aktif normal-waspada-siaga- dan awas. Untuk Gunung yang telah pernah meletus tentu diterapkan status waspada,” paparnya.

Terkait intensitas kegempaan di Gunung Sinabung masih berlangsung fluktuatif ( naik turun-red), tetapi ini berada di tingkat yang tidak terhitung oleh ukuran besaran gempa yang disebut MMI (Modified Mercally Intensity) dan berada pada hitungan kecil dan masih berada di area Vulkanik A. Kalaupun kemarin di Sigarang Garang sempat terjadi gempa kecil, itu sifatnya tektonik yang juga tidak besar, hingga kemudian tidak sampai dirilis. Biasanya gempa baru disebar luas ketika berada di atas 5 SKR. “Kegempaan itu terjadi di dalam perut gunung, belum di permukaan,” terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar