Selasa, 30 April 2013

Nelayan tradisional banyak jadi buruh


uluhan nelayan tradisional Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara banyak beralih profesi menjadi buruh kebun sawit.

“Nelayan kecil tersebut menjadi buruh, karena himpitan ekonomi dan sulitnya untuk mendapatkan ikan di laut,” kata salah seorang nelayan Fairuddin alias Fai (38) di Tanjung Rejo, hari ini.

Menjadi buruh kasar tersebut mereka lakukan, menurut dia, karena tidak ada lagi pekerjaaan lain untuk bisa menghidupi anak dan istrinya.

Fai mengatakan, nelayan tersebut bekerja di perkebunan sawit milik pengusaha dari Medan, baru enam bulan belakangan ini.

Bahkan, jelasnya, sebagian nelayan warga Desa Tanjung Rejo merasa senang dengan pekerjaan sebagai buruh yang bertugas menanam sawit, memupuk, membersihkan rumput dan menjaga pohon sawit tersebut.

“Pekerjaan merawat kebun sawit itu mulai disukai nelayan kecil. Sedangkan kapal penangkap ikan milik mereka dibiarkan begitu saja terlantar di pinggiran pantai dan tidak terawat,” kata Fai.

Sebelumnya, ratusan nelayan di Paluh Merbau, selama beberapa bulan ini tidak pergi melaut, karena tidak mendapatkan ikan dan sebagian dari mereka hanya berdiam diri di rumah.

Bahkan biasanya, kalau nelayan Paluh Merbau itu tidak mendapat ikan, masih bisa membawa hasil tangkapan berupa udang dan kepiting. Namun dalam beberapa minggu ini mereka sama sekali tidak mendapat tangkapan dari laut Sebagian nelayan Paluh Merbau banyak yang menganggur dan beberapa di antara mereka elihatan memperbaiki perahu yang bocor dan jaring rusak. Jumlah nelayan di Paluh Merbau sebanyak 300 orang dari jumlah 1.000 warga di daerah tersebut.

Data yang diperoleh menyebutkan, jumlah nelayan tradisional di pesisir Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, saat diperkirakan mencapai 26 ribu orang dan mereka umumnya tersebar di empat kecamatan masing-masing Pantai Labu, Percut Sei Tuan, Hamparan Perak, dan Lau Dendang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar